Kamis, 19 Januari 2012

Ketua Sylva Indonesia P.C UNTAN


No
 Nama
Periode 
Keterangan
1
Ahmad Sanusi (Alm) 
1986 – 1988

2
Gusti Kamboja 
1988 - 1990   

3
Heri Novirwan 
1990 - 1992 
1987
4
Irawan Nuriman 
1992 - 1993 
1988
5
Sesep Zainudin 
1993 - 1994 
1989
6
Hendra Siswanto 
1994 - 1995 
1990
7
Dedi Irawan 
1995 - 1996 
1991
8
Iwan Kurniadi 
1996 - 1997 
1992
9
Deni Sofyan 
1997 - 1998 
1993
10
Haryono
1998 - 1999 
1994
11
Yuyun Kurniawan 
1999 - 2000 
1996
12
Munawir
2000 - 2001 
1997
13
Hermansyah
2001 - 2002
1997
14
Feri Firmansyah 
2002 - 2003
1998
15
Heri Mustofa 
2003 - 2004 
2000
16
Dedi Armayadi 
2004 - 2005 
2001
17
Hendri Ziasmono 
2005 - 2006 
2002
18
Budi Pramono 
2006 -2007 
2003
19
Zuhri Haryono 
2007 - 2008 
2004
20
Harri Ramadani 
2008 - 2010 
2005
21
Asep Saepulloh
2010 - 2011 
2006
22
Radius Welly
2011-2012
2007

PENGHUNI BARU ARBORETUM SYLVA INDONESIA P.C UNTAN


Pada saat itu dia berkeliaran ditengah-tengah bangunan yang berdiri tegak lalu dengan kehendak Tuhan dia ditemukan oleh sekumpulan anak-anak Sylva Untan. Entah siapa  yang membawa dan memeliharanya hingga dia berkeliaran begitu saja tanpa perawatan. Anak-anak Sylva Untan lah yang membawanya ke sebuah tempat pengembangan dan mainnya anak-anak kehutanan ialah Arboretum Sylva Indonesia P.C UNTAN. Disana dia di buatkan rumah sangat minimalis ukuran 2 x 2 meter, merasa nyaman dengan keadaan disana anak-anak memberikan nama cantik untuknya panggil saja dia abut. Abut adalah Seekor primata yang biasa disebut Oak Jawa atau dalam bahasa latinnya Hylobates muelleri. Untuk umur si Abut belum diketahui berapa persis umurnya tetapi dilihat dengan seksama dan menurut literatur si Abut tahapannya masih Juvenile/anak-anak.
Anak-anak Sylva Untan berinisiatif untuk merawatnya yang kemudian ditindaklanjuti dengan memasukkan surat kronologis  Ke Balai Koservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) untuk memberitahukan keadaan si Abut. Nah, jika surat kronologisnya mendapat balasan dari BKSDA anak-anak sylva meminta izin untuk merawatnya di Arboretum tercinta. Karena di Pontianak belum ada penangkaran yang layak dengan kondisi yang cocok dan pas untuk perawatan si Abut.

 Rumah Si Abut

Si Abut

Si Abut main










 Si Abut dan salah satu teman dari sylva untan






Selasa, 03 Januari 2012

Pusat Informasi Potensi Daerah Indonesia - Pariwisata & Investasi Usaha

Pusat Informasi Potensi Daerah Indonesia - Pariwisata & Investasi Usaha

Kalbar Bangun Hutan Jabon

PONTIANAK—Investasi tanaman jabon sangat menjanjikan, karena merupakan tumbuhan pionir endemik Kalbar. Bentuk batang lurus, punya kemampuan menggugurkan cabang sendiri (self prunning), cepat tumbuh dan kelas awet (kuat III). Di Jawa, harga jabon saat ini sudah di atas Rp1 juta per m3. Kayu jabon terutama dijadikan bahan baku veener.Demikian disampaikan Irdika Mansur MF, wakil Direktur Seameo Biotrop yang juga Pengajar Fakultas Kehutanan IPB saat seminar bisnis ‘Membangun Hutan Tanaman Jabon, belum lama ini, di Pontianak.

Seminar yang dalam rangka HUT Fakultas Kehutanan Universitas Tanjungpura  Kalimantan Barat ini diselenggarakan bekerjasama dengan Ikatan Alumni Kehutanan Untan dan  PT Rimba Borneo Hijau, didukung KADIN  Kalbar.“Ini merupakan langkah awal kebangkitan kejayaan industri kehutanan di Kalimantan Barat, dan saya optimis bahwa beberapa tahun ke depan hal ini akan terbukti, dan Fakultas Kehutanan akan kebanjiran peminat,” kata Abdurrani Muin, dekan Fakultas Kehutanan Untan.Suryansyah, ketua Alumni Kehutanan, yang juga direktur  PT Rimba Borneo Hijau memaparkan proyeksi hasil investasi tanaman jabon selama 6 tahun bisa mencapai kurang lebih 1.000 %. Sebuah hasil yang fantastis.

Suryansyah, dalam presentasinya  mengajak para stake holder antara lain ; Yang hanya punya lahan tetapi tidak punya modal, punya modal tapi tidak paham teknis/tidak punya waktu, atau yang hanya punya tenaga serta masyarakat sekitar lahan, untuk bekerja sama membangun hutan tanaman jabon yang dikelola oleh PT Rimba Borneo Hijau dengan pola bagi hasil. Bagaimana jaminan pasar jabon kelak? Ternyata hal itu tidak jadi masalah. “Berapa pun hasilnya kami siap menampung,” kata Mamat Mulyana, direksi PT Alas Kusuma yang juga sebagai pembicara dari kalangan praktisi bisnis kehutanan. Dia mengungkapkan, kebutuhan pasokan kayu Kalbar saat ini masih kurang 2 juta m3/tahun. 

Salah satu peserta, Barry Stephen Martyn, seorang warga negara Australia pencinta tanaman, juga hadir di seminar menyatakan sangat optimis dengan tanaman jabon ini akan sukses di Kalimantan Barat. Karena, banyak sekali lahan/hutan yang terlantar. Bahkan dia segera akan berinvestasi jabon dan melakukan penandatanganan nota kesepahaman dengan Pengelola PT Rimba Borneo Hijau. (zan)